• Home
  • About

GEMA NURANI

Latest Strategic News for Progressive Indonesia

  • Ekonomi
  • Politik
  • Kampus
  • Multimedia
  • Opini
  • Koperasiana
You are here: Home / Headline / Mempertanyakan Fungsi KPI

Mempertanyakan Fungsi KPI

Wednesday, 23 November 2011 By Ryantono Puji Santoso

Semuanya tentu setuju jika yang menjadi prioritas adalah masa depan anak-anak Indonesia, karena merekalah (anak-anak, red) yang kelak memimpin bangsa ini. Bagaimana anak-anak itu bertindak tentunya juga tidak luput dari peran media massa. Media massa misalnya, televisi juga ikut membentuk karakter mereka. Masa anak-anak memang menjadi masa yang menarik. Dunianya seperti dunia khayalan yang ingin dinikmati sendiri. Anak-anak usia 0-5 tahun adalah anak-anak yang mudah terpengaruh. Jika mereka disuguhi siaran pendidikan maka mereka akan jadi pintar, namun jika disuguhi siaran yang bersifat kekerasan, mereka akan menjadi beringas.

Komisi Penyiaran Indonesia

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) tentunya berperan besar dalam membentuk karakter anak-anak Indonesia. Sekarang ini banyak sekali tanyangan di televisi yang menyuguhkan kekerasan dalam bentuk hiburan anak-anak. Naruto, One Piece, Alvatar, Power Ranger, Dragon ball dan film sejenisnya yang masih bebas dan berjaya di negeri kita ini. Film-film tersebut tentunya bisa memicu tingkah laku anak-anak menjadi agresif karena menirukan tokoh idolannya. Seperti dalam film Dragon ball, yang jelas-jelas menunjukkan adegan saling memukul antara satu dengan yang lain. Bukan hanya itu, tempat mereka bertarung sampai hancur lebur karena pertarungan tersebut. Tontonan seperti ini otomatis memberikan doktrin kekerasan kepada anak-anak. Ketakutannya adalah jika mereka terbiasa melihat acara seperti itu mereka akan menjadi terbiasa melakukan kekerasan.

Kontroling

Dalam hal ini, kita juga bisa menyoroti peran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang bertugas mengontrol tayangan yang ada di televisi Indonesia. Seperti yang tertulis dalam pasal 8 ayat 2d yang menyatakan akan memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta standar program siaran. Pasal ini menegaskan jika KPI mempunyai wewenang untuk memberikan sanksi kepada stasiun televisi yang melenceng dari peraturan yang sudah dibuat. Melihat tayangan semacam Dragon ball ini masih bebas merdeka berpentas di televisi dalam negeri menandakan KPI belum maksimal dalam menjalankan tugasnya.

Jika KPI terus membiarkan tayangan seperti ini merajalela maka ada kekhawatiran anak-anak Indonesia bisa berperilaku brutal. Menurut Teori Kultivasi, khalayak memusatkan perhatiannya pada pengaruh media komunikasi khususnya televisi. Teori kultivasi berasumsi bahwa pecandu berat televisi membentuk suatu citra realitas yang tidak konsisten dengan kenyataan (denontarr.blogspot.co.id/2008/11/teori-kultivasi.html). Berarti lama kelamaan anak-anak yang menonton  serial semacam Naruto ini bisa menganggap kekerasan adalah hal yang biasa dan bisa-bisa malah menmacu mereka melakukan tindak kriminal.

Melihat kenyataan semacam ini KPI diharap bisa bertindak tegas dengan stasiun televisi yang menayangkan acara-acara serupa Naruto. Jika KPI tidak menindak tegas berarti orang-orang KPI saat ini benar-benar sudah tidak bertanggung jawab. Bukan hanya KPI yang tidak bertanggung jawab, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi (DPRDP) juga tidak bertanggung jawab karena sebagai pengawas KPI juga tidak kunjung menegur KPI untuk melakukan tugasnya.

KPI sebaiknya segera bertindak tegas untuk mensensor tanyangan-tayangan semacam ini, semakin lama mereka bertengger menghias dunia pertelevisian kita semakin diracuni pula generasi penerus bangsa. Mari perbaiki tayangan pertelevisian kita supaya lebih bagus dan membangun. (*)

Berbagi ini:

  • Twitter
  • Facebook
  • LinkedIn
  • Print

Tulisan Lainnya Barangkali Anda Suka

Filed Under: Headline, Opini Tagged With: Agresif, Alvatar, Anak-anak, Doktrin Media, Dragon Ball, Dunia khayalan, Fungsi KPI, Karakter Bangsa, Komisi Penyiaran Indonesia, KPI, Media Massa, Naruto, One Piece, Power Ranger, Tanyangan televisi, Televisi

Terbaru

Rumah Baca Iqra’ dan Peradaban Kalingga

Kovernya memang rumah baca, tapi tidak kurang tidak lebih, sebenarnya, gambaran ulang tentang Peradaban Kalingga tengah dirintis.

Arief Hidayat Kembali Jabat Hakim Konstitusi untuk 2018-2023

Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Arief Hidayat, dilantik kembali sebagai Hakim Konstitusi periode 2018-2023.

Wimboh Santoso Dilantik sebagai Ketua MES 2018-2021

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, Wimboh Santoso, dilantik sebagai Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah periode 2018-2021.

Langganan via email

Silahkan isikan alamat email Anda untuk berlangganan artikel Gema Nurani secara gratis melalui email

Follow me on Twitter

My Tweets

Ekonomi

Termasuk Daerah Ekuator, Letkol Laut (P) Salim: Indonesia Rentan Diadu Domba Asing

Konflik global kini dilatarbelakangi perebutan Daerah Ekuator untuk mencari pangan, air, dan energi.

Politik

Wiranto Menkopolhukam, Letkol Laut (P) Salim: Apakah Kita Punya Strategi Maritim?

Menkopolhukam baru sebaiknya tetap menjaga konsistensi Indonesia terhadap politik luar negeri dan mengutamakan penjagaan kedaulatan dan sumberdaya alam Natuna.

Kampus

Sentuh Wilayah Ekopol, Bedah Buku My Fish My Life Akan Digelar Himaspal UNDIP

Acara bertajuk Maritime Talk, menghadirkan panelis, Staf Ahli Utama Kepresidenan Bidang Maritim, Riza Damanik.

Multimedia

Arief Hidayat Kembali Jabat Hakim Konstitusi untuk 2018-2023

Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Arief Hidayat, dilantik kembali sebagai Hakim Konstitusi periode 2018-2023.

Opini

Rumah Baca Iqra’ dan Peradaban Kalingga

Kovernya memang rumah baca, tapi tidak kurang tidak lebih, sebenarnya, gambaran ulang tentang Peradaban Kalingga tengah dirintis.

Koperasiana

Ekonom UMY: Praktik Ekonomi Komunal Berbadan Hukum Koperasi Mulai Menunjukkan Hasil

Koperasi pada kenyataannya, berhasil menjadi tulang punggung negara-negara kaya di dunia.

Copyright © 2010 - 2017 GEMA NURANI